Rezeki adalah hak otoritatif Sang Khaliq.
Sabtu
Add Comment
Rezeki adalah hak otoritatif Sang Khaliq.
Lalu,
kenyataannya tak banyak yang ia dapat. Bahkan, tak jarang rezeki yang
dinanti, tak jua menghampiri. Sedangkan, di sisi lain terdapat kalangan
yang sekali duduk, tanda tangan, jutaan bahkan miliar an rupiah begitu
mudah berada di genggaman tangan. Begitulah rezeki, kata Syekh Mutawalli
as-Sya'rawi dalam bukunya yang berjudul Tilka Hiya al- Arzaq.
Menurut
tokoh jebolan Universitas al-Azhar Mesir itu, perbedaan rezeki
antarmanusia merupakan hak otoritatif Allah SWT. Pun, soal kadar rezeki
yang diberikan. Terkadang, Allah memberikan jumlah di luar angka yang
diprediksikan.
Dan Allah memberi rezeki kepada
orang yang dikehendaki tanpa batas. (QS al- Baqarah [2]:212).
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
زُیِّنَ لِلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا الۡحَیٰوۃُ الدُّنۡیَا وَ یَسۡخَرُوۡنَ مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
ۘ وَ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا فَوۡقَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ وَ اللّٰہُ
یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ
⚡ Selengkapnya: https://risalahmuslim.id/quran/al-baqarah/2-212/
⚡ Selengkapnya: https://risalahmuslim.id/quran/al-baqarah/2-212/
زُيِّنَ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ
وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
زُيِّنَ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ
وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ Kehidupan dunia dijadikan indah
dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang
yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia
daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
زُيِّنَ لِلَّذِينَ
كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ
وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ
يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ Kehidupan dunia dijadikan indah
dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang
yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia
daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.htm
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.htm
Kehidupan dunia
dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang
hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu
lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki
kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
Referensi: https://tafsirweb.com/837-surat-al-baqarah-ayat-212.html
Tetapi,
tampaknya dalam karyanya itu, Syekh Mutawalli tidak bermaksud memaparkan
lebih jauh hal ihwal rezeki.
Ini wajar lantaran
buku tersebut memang merupakan bunga rampai dari refl eksi seorang pakar
tafsir sekaligus ahli bahasa tentang apa rahasia di balik rezeki yang
merujuk pada ayat-ayat Alquran.mBenar, rezeki adalah rahasia Ilahi.
Akan
tetapi, kata seorang tokoh generasi salaf, Abu Abdullah Muhammad bin
Abdurrahman bin Umar al-Wishabi al- Husyaibi, ada unsur keterlibatan
manusia di sana.
Tokoh yang wafat pada 782 H
tersebut memaparkan bahwa dalam konsep teologi Islam, rezeki seseorang
tidak berdiri sen- diri. Ada hubungan kausalitas, sebab mu sabab. Ingin
rezeki banyak maka bergeraklah dan berdinamika mengais rezeki.
Namun,
di saat bersamaan, ingatlah, tutur pengarang kitab al-Barakah fi Fadhl
as-Sa'yi wa al-Harakah ini, ada beberapa faktor penghalang rezeki yang
diakibatkan oleh ulah para pencari rezeki itu sendiri. Sederet perkara
tersebut mesti dihindari agar rezeki tidak terhambat.
Apa sajakah hal-hal yang bisa membuat rezeki seret, bahkan bisa menyeret seseorang dalam jurang kemiskinan?
Beberapa
perkara itu, di antaranya yang pertama, jangan sesekali pernah mencaci
maki angin, hujan, atau fenomena alam apa pun. Karena, sejatinya
tindakan itu sama saja dengan mencibir Penciptanya. Seorang sahabat
dikisahkan pernah mengadu kepada Rasulullah SAW perihal rezeki yang
seret. Barangkali engkau pernah mencela angin, ungkap Rasul.
Kedua,
enggan berbagi air atau ragi. Ibnu Abbas RA pernah bertutur, menolak
memberi ragi menyebabkan kefakiran dan pelit berbagi air hanya akan
membuahkan penyesalan. Penegasan ini juga disampaikan dalam hadis Rasul
bahwa ada lima hal yang mesti berbagi, bila tidak maka ia akan terhalang
dari kebaikan kelak di akhirat, yaitu air, garam, api, jarum, dan ragi.
Ketiga,
terlalu banyak tidur atau bersantai-santai. Dampak tidur, seperti yang
digambarkan seorang syair seba- gai berikut: Kebahagian manusia saat
mengenakan pakaian. Lalu meraih kebaikan hanya dengan meninggalkan
tidur.
Keempat, tindakan zalim dan kemaksiatan.
Sikap zalim itu baik yang dilakukan oleh individu ataupun terstuk- tural
yang melibatkan rezim. Kezaliman dalam suatu kaum itu telah mengibatkan
tumbangnya sebuah komunitas, seperti yang ditujukan pada kaum-kaum
terda- hu lu sebagai peringatan. (QS Yunus [10]:13 dan al-Kahfi
[18]:59).
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا
ظَلَمُوا ۙ وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا
لِيُؤْمِنُوا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ
Dan sesungguhnya
Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat
kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan
membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali
tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat dosa.(yunus - 13)
وَتِلْكَ الْقُرَىٰ أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا
Dan (penduduk)
negeri telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami
tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.(kahfi - 59)
Di antara bentuk kezaliman itu yang paling parah ialah aksi
kriminalitas menghilangkan nyawa orang lain yang tak berdosa atau
memakan harta orang lain secara batil.Kelima, zina. Rasul menegaskan
bahwa zina akan memutuskan jalan rezeki, mengurangi keberkahan usia,
memekatkan wajah, dan mengantarkan pada siksa neraka. Keenam, praktik
riba. Rasulullah menyatakan, harta yang diperoleh dari praktik riba
sekalipun tampaknya bertambah, sejatinya harta tersebut semakin
berkurang.
Keenam, kecurangan berjual beli, seperti
mengurangi timbangan atau ukuran. Termasuk kategori curang, yakni
memonopoli penjualan barang tertentu yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Kecaman
terhadap para pelaku curang ketika bertransaksi itu diabadikan di surah
al-Muthaffi fi n. Tokoh salaf Laits bin Abdurrahman mengatakan ada
empat perkara yang bisa membinasakan suatu kaum, di antaranya merebaknya
praktik curang, mengurangi timbangan atau ukuran sewaktu jual beli.
Ketujuh,
pengkhianatan dalam bentuk dan kasus apa pun. Berkhianat, seperti
ditegaskan oleh Rasul dalam sebuah riwayat, akan mendatangkan
kefakiran.Begitu sebaliknya, komitmen menjaga amanat merupakan daya
magnet luar biasa atas rezeki.
Kedelapan, sikap
rakus dan tamak terhadap dunia. Tamak hakikatnya ada- lah kefakiran yang
segera datang, titah Rasul. Dan, masih banyak lagi faktor penghalang
rezeki yang mesti dihindari agar rezeki deras mengalir. Kesemuanya itu,
kata al-Hubaisyi, bertumpu pada maksiat kepada Allah SWT ataupun
makhluk-Nya. Seseorang akan terhalang dari pintu rezeki akibat dosa yang
ia perbuat, tulis al-Hubaisyi mengutip sabda Rasulullah SAW.
0 Response to "Rezeki adalah hak otoritatif Sang Khaliq. "
Posting Komentar